Solopos.com, KARANGANYAR -- Yayasan
Harmoni menggandeng PT Indaco Warna Dunia menggarap program pengembangan sekolah ramah lingkungan. Sekolah binaannya saat ini adalah SMPN 2 Kebakkramat, Karanganyar.
|
Pengurus Yayasan Harmoni dan PT Indaco Warna Dunia menyerahkan hadiah kepada pemenang lomba taman harmoni sekolah pada Jumat (8/6 - 2018). (Solopos/Sri Sumi Handayani) |
Sekolah yang beralamat di Desa Pulosari itu tercatat sebagai salah satu sekolah adiwiyata tingkat nasional. Proses menjadi sekolah adiwiyata sudah dirintis sejak 2014 mulai dari tingkat kabupaten, provinsi, dan nasional pada 2017.
Pengurus Yayasan
Harmoni, Nining Solihah Muktamar, menuturkan konsep pengembangan sekolah ramah lingkungan melibatkan partisipasi aktif siswa. Nining menuturkan SMPN 2 Kebakkramat sudah layak disebut sekolah ramah lingkungan.
"Tetapi di beberapa hal ada yang harus ditingkatkan, seperti bank sampah, pengembangan taman di lingkungan sekolah, pemanfaatan biopori, dan komposter," kata Nining saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (8/6/2018).
Dia mengacungi jempol peran SMPN 2 Kebakkramat mengembangkan sekolah ramah lingkungan. Beberapa program sudah berjalan, seperti pengembangan duta lingkungan sekolah.
"Itu partisipasi aktif dari siswa. Itu bagian kecil proses pengembangan untuk menumbuhkan kesadaran dan kepedulian lingkungan. Kami tumbuhkan kesadaran menanam dan mengelola barang bekas di sekolah," tutur dia.
Salah satu aksi nyata menumbuhkan kesadaran menanam dan mengelola barang bekas melalui kompetisi pengelolaan taman kelas. Setelah kompetisi itu, Yayasan
Harmoni akan menyiapkan kerja berikutnya. "Belum rampung untuk pengembangan taman, pemanfaatan biopori, dan sampah. Pascalebaran lanjut. Bagaimana biopori dimanfaatkan dengan baik," jelas dia.
Nining menyampaikan prioritas program adalah memotivasi anak-anak untuk lebih sadar mengelola lingkungan. Ketua Adiwiyata SMPN 2 Kebakkramat, Joko Nugroho Edi Santoso, menuturkan sekolah menginginkan penghargaan adiwiyata nasional bukan sekadar penghargaan. Tujuan awal merintis adiwiyata bukan sekadar mendapatkan penghargaan.
"Biopori sudah dimanfaatkan, sampah plastik dan kertas sudah dipilah dan dijual setiap Sabtu, hasilnya masuk ke rekening kelas. Kami masih kewalahan menggunakan komposter. Punya tangki komposter dari drum dan komposter permanen tetapi belum efektif. Itu pekerjaan rumah kami," ujar Joko.
Hal senada disampaikan Kepala SMPN 2 Kebakkramat, Sri Lestari. Proses mendidik siswa di sekolah pun akrab dengan lingkungan. Salah satu cara yang dilakukan Lestari adalah melibatkan anak-anak dalam setiap pembelajaran tentang lingkungan. Bahkan saat memberikan "hukuman" kepada siswa yang melanggar tata tertib pun, diarahkan kepada kegiatan merawat lingkungan.
"Lingkungan sekolah mendukung secara fisik. Lain-lain kami garap bertahap dengan melibatkan anak-anak bekerja sama dengan orang tua dan masyarakat. Bagaimana anak-anak bisa memanfaatkan lahan dengan tepat. Semangat membekali anak-anak untuk peduli lingkungan," tutur dia.
Gayung bersambut saat PT Indaco Warna Dunia mengulurkan tangan melalui Yayasan Harmoni. Diawali dari lomba taman harmoni sekolah. Belasan kelas berkompetisi mempercantik taman kelas. Pengumuman dan penyerahan hadiah dilakukan di halaman sekolah pada Jumat. Juara 1 diraih kelas 7A, juara 2 kelas 8F, dan juara 3 diraih 8D.
Wali Kelas 7A, Tri Saptana, menyampaikan siswa yang mengonsep taman kelas. Wali kelas atau sekolah hanya memoles ide siswa. Ketua Kelas 7A, Ririn Murnita Sari, mengaku bangga. Dia berharap pelajaran yang diterima di SMPN 2 Kebakkramat tentang lingkungan dapat menjadi bekal di lingkungan sekitar.
"Kami akan bikin taman jadi lebih baik. Kami rawat taman saat jam istirahat. Biar sekolah jadi indah. Enggak ada yang merasa dipaksa membuat maupun merawat taman. Semua kerja bersama."
Pengurus Yayasan Harmoni dan PT Indaco Warna Dunia menyerahkan hadiah kepada pemenang lomba taman harmoni sekolah pada Jumat (8/6/2018). (Solopos-Sri Sumi Handayani)
Sumber :
Solopos.com